Sabtu, 21 Oktober 2017

makalah sejarah benteng rotterdam

                                  MAKALAH
     SEJARAH BENTENG FORT                ROTTERDAM MAKASSAR
              
ILMU KOMUNIKASI
                                       
 DISUSUN OLEH : ABBY RATTEALO
     FIRDAH RAMADHANTY
     NURTAUFIK ASMAH
     PUTRI LISCA AZALIA J.W.
     REGINA VELLARIAL
                                KELAS  2
KATA PENGANTAR
 Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah mengenai “ Penelitian di Benteng Rotterdam Makassar “. Makalah ini kami buat, semata untuk menyelesaikan pemenuhan tugas kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai sejarah dan fungsi Roterrdam Makassar.
Kami berterima kasih kepada bapak Irman Aras,S.Sos.,MM, selaku Dosen mata kuliah Antropologi yang telah membantu mengarahkan kami untuk melakukan penelitian kami tepatnya di Rotterdam Makassar. Semoga makalah sederhana kami ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya isi dari makalah yang telah disusun dapat berguna bagi kami sendiri maupun yang membacanya. Sebelumya, kami minta maaf apabila ada kesalahan kata – kata yang kurang berkenan, untuk itu kritik dan saran sangat kami perlukan demi perbaikan di masa depan.
Makassar, 5 Oktober 2017

Penyusun








         
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………..1
1.1   Latar Belakang……………………………………………………..........1
1.2   Rumusan Masalah……………………………………………………….1
1.3   Tujuan Penelitian………………………………………………………...2
1.4   Manfaat penelitian……………………………………………………….2
 BAB II LANDASAN TEORI……………………………………………………...3
2.1  Sejarah Rotterdam……………………………………………………….3
2.2  Bangunan – bangunan di Rotterdam…………………………………….5
2.3  Sejarah Museum La Galigo…………………………………………….11
2.4  Peninggalan – peninggalan Bersejarah…………………………………11
 BAB III METODE PENELITIAN………………………………………………..16
          3.1  Jenis Penelitian…………………………………………………………16
          3.2  Lokasi Penelitian……………………………………………………….16
          3.3  Sumber Data……………………………………………………………16
          3.4  Analisis Data…………………………………………………………...16
          3.5  Tempat dan Jadwal Penelitian………………………………………….16
 BAB IV PEMBAHASAN………………………………………………………..17
          4.1  Berdirinya Rotterdam………………………………………………….17
          4.2  Fungsi Rotterdam……………………………………………………...17
          4.3  Dampak Beralih Fungsinya Rotterdam………………………………..17
          4.4  Manfaat Wisata………………………………………………………..18
BAB V PENUTUP………………………………………………………………..19
          4.1  Kesimpulan……………………………………………………………19
4.2  Saran…………………………………………………………………..19
 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………20
 LAMPIRAN……………………………………………………………………...21                                    


                                                                  ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1            Latar Belakang
Fort Rotterdam atau Benteng Rotterdam Makassar (Jum Pandang) adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
 Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros. Benteng Rotterdam Makassar ini juga dulunya sering disebut sebagai benteng Panyyua, karena benteng ini berbentuk seperti seekor penyu jika diliat dari udara. Dimana terdapat sungai pada saat itu  yang arahnya langsung ke laut.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa fungsi Fort Rotterdam sejak awal didirikan adalah sebagai benteng pertahanan Belanda, lalu dijadikan sebagai tempat untuk memperluas rempah – rempah oelah Belanda, namun seiring perkembangan zaman Fort Rotterdam kini dialih fungsikan menjadi objek wisata dan peralihan fungsi ini secara langsung mapun tidak langsung telah membawa dampak tertentu bagi masyarakat sekitarnya maupun bagi Fort Rotterdam sendiri dan kita tau bahwa banyak hal yang berubah seiring dengan beralih fungsinya Fort Rottrdam dan ini tentunya dirasakan juga bagi pihak – pihak terkait yang bertindak sebagai pengelola Fort Rotterdam dan hal inilah yang mendorong rasa keingintahuan kami yang diwujudkan dalam sebuah penelitian.

1.2            Rumusan Masalah
1.2.1        Kapan Fort Rotterdam didirikan?
1.2.2        Apa fungsi utama Fort Rotterdam pada awal didirikannya?
1.2.3        Apa fungsi utama Fort Rotterdam sekarang?
1.2.4        Mengapa Fort Rotterdam dialih fungsikan?
1.2.5        Apa dampak pengalihan fungsi Fort Rotterdam bagi :
a.       Fort Rotterdam itu sendiri
b.      Bagi pengelola
c.       Masyarakat




1
1.3            Tujuan Penelitian
1.3.1        Untuk mengetahui sejarah berdirinya Fort Rotterdam.
1.3.2        Untuk mengetahui fungsi Fort Rotterdam pada awal didirikan.
1.3.3        Mengetahui fungsi  Fort Rotterdam sekarang ini.
1.3.4        Mengetahui mengapa Fort Rotterdam dialih fungsikan.
1.3.5        Mendapatkan informasi mengenai dampak dari pengalihan fungsi Fort Rotterdam .

1.4            Manfaat Hasil Penelitian
1.4.1        Menggambarkan isi interaksi sosial. Yaitu mengungkapkan kecenderungan yang ada  pada interaksi sosial di masyarakat sekitar Fort Rotterdam.
1.4.2        Mendapatkan informasi mengenai perbandingan Fort Rotterdam sebelum dan sesudah peralihan fungsi.
1.4.3        Dijadikan sebagai bahan referensi.

















2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1     Sejarah Rotterdam
Benteng Rotterdam Makassar dibangun oleh Raja Gowa ke IX Daeng Matare Karaeng Manguntungi Tumapa’risi’ Kallonna dan diselesaikan oleh putranya Raja Gowa X Imanriogau Bontokaraeng lakiung Tonipallangga Ulaweng dengan konstruksi tanah liat pada tahun 1545. Atas perintah Raja Gowa XIV Imangerangi Daeng Manrabia (Sultan Alauddin) pada tahun 1634 tembok benteng diperbaiki dan menambah material batu karang, batu padas, dan batu bata menggunakan kapur dan pasir sebagai perekat.
Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang) adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan.Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros.
Benteng Ujung Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak merangkak turun darat maupun di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan maupun di lautan.
Nama asli benteng ini adalah Benteng Ujung Pandang, biasa juga orang Gowa-Makassar menyebut benteng ini dengan sebutan Benteng Panyyua yang merupakan markas pasukan katak Kerajaan Gowa. Kerajaan Gowa-Tallo akhirnya menandatangani perjanjian Bungayya yang salah satu pasalnya mewajibkan Kerajaan Gowa untuk menyerahkan benteng ini kepada Belanda. Pada saat Belanda menempati benteng ini, nama Benteng Ujung Pandang diubah menjadi Fort Rotterdam. Cornelis Speelman sengaja memilih nama Fort Rotterdam untuk mengenang daerah kelahirannya di Belanda. Benteng ini kemudian digunakan oleh Belanda sebagai pusat penampungan rempah-rempah di Indonesia bagian timur sampai saat ini benteng Rotterdam digunakan untuk perdagangan dan dijadikan sebagai tempat wisata prasejarah,selain itu Benteng Rotterdam dijadikan kantor pemerintah yakni Pusat Kebudayaan Makassar, 
Di kompleks Benteng Ujung Pandang kini terdapat Museum La Galigo yang di dalamnya terdapat banyak referensi mengenai sejarah kebesaran Makassar (Gowa-Tallo) dan daerah-daerah lainnya yang ada di Sulawesi Selatan. Sebagian besar gedung benteng ini masih utuh dan menjadi salah satu objek wisata di Kota Makassar. Salah satu obyek wisata yang terkenal disini selain melihat benteng serta museum Lagaligo adalah menjenguk ruang tahanan sempit Pangeran Diponegoro saat dibuang oleh Belanda sejak tertangkap ditanah Jawa.
3
Di benteng ini pernah di jajah oleh pasukan belanda, untuk memperluas daerah kekuasaannya karena kerajaan gowa memliki rempah-rempah yang banyak, Setahun lebih benteng digempur oleh Belanda dibantu oleh pasukan sewaan dari Maluku, hingga akhirnya kekuasaan raja Gowa disana berakhir. Seisi benteng porak poranda, rumah raja didalamnya hancur dibakar oleh tentara musuh. Kekalahan ini membuat Belanda memaksa raja menandatangani "perjanjian Bongaya" pada 18 Nov 1667 Di tempat ini juga Pangeran Diponegoro dipenjara.

           

Luas Benteng Rotterdam Makassar adalah 28.595,55 meter bujur sangkar, dengan ukuran panjang setiap sisi berbeda, serta tinggi dinding berfariasi antara 5-7 meter dengan ketebalan 2 meter.
Benteng Rotterdam Makassar mempunyai lima buah sudut (Bastion),  yaitu :

    Terletak di sebelah barat
                


   Terletak di sudut barat
 

4

Terletak di sudut barat laut
          

Terletak disudut timur laut


 Terletak di sudut tenggara

2.2     Bangunan – bangunan di Rotterdam
2.2.1    Gedung A, merupakan tempat penerimaan tamu Bone pada zaman dahulu. Namun sekarang gedung ini berganti fungsi menjadi pos wajib untuk pengunjung yang datang berkunjung.

5
2.2.2    Gedung B, pada bagian atas dahulu digunakan sebagai tempat perwakilan dagang dan bagian bawah sebagai ruang tahanan. Namun sekarang berganti fungsi menjadi tempat polisi pariwisata.

           


2.2.3    Gedung C, adalah wisma bagi tamu – tamu dari Buton. Namun sekarang dialih fungsikan sebagai gallery kesenian.
           
           

2.2.4    Gedung D, dahulun bagian belakang yang merupakan rumah sakit bagi orang Belanda kemudian dirubah fungsi sebagai wisma tentara.



6

           


2.2.5    Gedung E, dahulu  tempat tinggal pimpinan perdagangan dan pendeta. Sekarang dijadikan sebagai balai pelestarian Budaya Sul-Sel.

             

            2.2.6    Gedung F, tempat tinggal Belanda.
                       
7
2.2.7    Gedung G, gudang dan bengkel. Sekarang gedung ini difungsikan sebagai tempat  menampung lukisan dari tanah liat.
            2.2.8    Gedung H, dahulu sebagai tempat penerima tamu dari Ternate.
                       
2.2.9    Gedung I, adalah gedung peninggalan Jepang sebagai kantor penelitian bahasa dan pertanian.
           

8
2.2.10  Gedung J, merupakan kantor pemegang buku germising dan sekarang dialih fungsikan menjadi perpustakaan.
           
2.2.11  Gedung K, kantor balai kota.
           
2.2.12  Gedung L, ruang tahanan
           
9
2.2.13  Gedung M, merupakan gudang dan kantor perdagangan Belanda.
           
2.2.14  Gedung N, merupakan menerima tamu dari Bacan.
           
2.2.15  Gedung O, kantor gubernur Sulawesi Selatan dan sekitarnya.         

10
2.2.16 Gedung P, merupakan gereja, yang sekarang dijadikan tempat peningalan – peninggalan Belanda.
           

2.3     Sejarah Museum La Galigo
Museum bersejarah yang terdapat di kota Makassar, Sulawesi Selatan ini diberi nama “La Galigo” atas saran seorang seniman, karena nama ini sangat terkenal di kalangan masyarakat Sulawesi Selatan. La Galigo adalah salah satu putra Sawerigading Opunna Ware, seorang tokoh masyhur dalam mitologi Bugis, dari perkawinannya dengan We Cudai Daeng Risompa dari Kerajaan Cina Wajo. Setelah dewasa, La Galigo dinobatkan menjadi Pajung Lolo (Raja Muda) di Kerajaan Luwu pada abad ke-14.La Galigo juga nama sebuah karya sastra klasik dalam bentuk naskah tertulis bahasa Bugis yang terkenal dengan nama Sure’ La Galigo, dengan panjang 9.000 halaman, dan La Galigo sendiri dianggap sebagai pengarangnya (studi mengungkapkan kemungkinan penulisnya adalah perempuan bangsawan). Isinya mengandung cerita-cerita, tatanan, dan tuntunan hidup orang Sulawesi Selatan dulu, seperti sistem religi, ajaran kosmos, adat-istiadat, bentuk, dan tatanan masyarakat atau pemerintahan tradisional, pertumbuhan kerajaan, system ekonomi atau perdagangan, keadaan geografis, dan peristiwa penting yang pernah terjadi. Pada masa dahulu naskah atau Sure’ yang dipandang suci ini disakralkan dan hanya dapat dibaca pada waktu-waktu tertentu sambil dilagukan.

2.4     Peninggalan – Peninggalan Bersejarah
               2.4.1    Koleksi Keramik
Diruangan Koleksi Keramik terdapat berbagai jenis keramik kuno dari berbagai dinasti seperti Dinasti Sung abad 13-14 Dinasti Swaton abad 16-18, Dinasti cing abad 17-19, Dinasti Yuan terjan abad 14-16, Dinasti Annamese abad 14-16 Keramik - keramik ini berasal dari China, Vietnam, Thailand ,Siam dan Jepang. Dan ada juga, keramik yang berisi tulisan arab.
11
                       

                   2.4.2   Alat-alat Tradisional Perikanan dan Kelautan
Pada bangunan lain Museum Lagaligo anda akan menjumpai koleksi Perangkat Tradisional para pelaut dan nelayan bugis Makassar terdapat replika Perahu Pinisi yang terkenal sampai ke manca negara berbagai jenis peralatan nelayan untuk mengkap ikan yang umumnya masih dapat dijumpai dalam kehidupan masyrakat pesisisr hingga saat ini.

                         

2.4.3     Sepeda dan Bendi
Tidak hanya peralatan tradisional nelayan yang terpanjang di ruangan ini anda pun dapat melihat bendai, Sepeda ataupun Dokar, koleksi Perangkat pertanian Tadisional yang terdapat dalam useum lagaligo ini adalah bukti sejarah peradaban bahwa sejak jaman dahulu bangsa indonesia khususnya masyarakat Sulawesi Selatan telah dikenali sebagai masyarakat yang bercocok tanam. Mereka menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian terutama tanaman padi sebagai bahan makanan pokok.

                         
12
2.4.4    Koleksi Peralatan Menempa Besi dan Hasilnya
Jika anda ingin mengenali lebih jauh tentang sisi lain dari kehidupan masa lampau masyarakat Sulawesi Selatan, maka anda dapat mengkajinya melalui koleksi tradisional menempa besi, Hasil tempaan berupa berbagai jenis senjata tajam, baik untuk penggunan sehari - hari maupun untuk perlengkapan upacara adat.

                       

2.4.6    Koleksi Peralatan Tenun Tradisonal dan Kain
Dari koleksi Peralatan Tenun Tradisional ini, dapat diketahui bahwa budaya menenun di Sulawesi Selatan diperkirakan berawal dari jaman prasejarah, yakni ditemukan berbagai jenis benda peninggalan kebudayaan dibeberapa daerah seperti leang - leang kabupaten maros yang diperkirakan sebagai pendukung pembuat pakaian dari kulit kayu dan serat - serat tumbuhan-tumbuhan. Ketika pengetahuan manusia pada zaman itu mulai Berkembang mereka menemukan cara yang lebih baik yakni alat pemintal tenun dangan bahan baku benang kapas. Dari sinilah mulai tercipta berbagai jenis corak kain saung dan pakaian tradisional.

                      
                       




13
Peninggalan – peninggalan lainnya yang kami temui disekitar gedung Fort Roterrdam :
1.      Corong udara, di Rotterdeam terdapat corong udara yang berfungsi sebagai tempat masuknya udara agar tahanan dapat bernapas atau menghirup udara di dalam penjara.
 
           
2.      Meriam dan berbagai peluru, terdapat didalam gedung P yang dulunya adalah gereja, sebagai tempat beribadah.



14
3.      Lorong rahasia. Lorong ini dulunya digunakan sebagai tempat untuk dilewati agar tidak terlihat oleh bangsa Belanda., atau dengan kata lain lorong ini merupakan jalur
alternatif untuk dilintasi.


4.      Benteng yang sampai sekarang masih berdiri kokoh. Benteng ini dibuat dengan tebal 2 meter, bahkan ada yang sampai 4 meter. Agar pasukan yang menyerang tidak dapat menembus masuk kedalam area bangunan.






15
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1     Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukandengan pendekatan kualitatif. dimaksudkan agar hasil – hasil penelitian dapat disimpulkan secara teori dengan argument yang nyata.
3.2     Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah Fort Rotterdam, sebuah objek wisata padat pengunjung yang terletak di jl. Reburande, Makassar, Sulawesi Selatan. Kira  - kira berjarak 1km dari Losari Beach.    
3.3     Sumber Data
Sumber data yang kami peroleh yang pertama yaitu sumber primer yang kami peroleh dari informan yang diwawancarai dilokasi penelitian, Sumber data yang kedua atau sumber data sekunder diperoleh dari buku – buku sejarah dan berbagai halaman blog di internet mengenai Rotterdam Makassar.
3.4     Prosedur Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data atau keteramgan yang berkaitan dengan penelitia ini maka ditempuh dengan cara:
1.      Pengamatan langsung atau observasi dalam hal ini dimaksud untuk mengetahui subjektif dan identitas dari masyarakat yang ada disekitar Fort Rotterdam serta Fort Rotterdam itu sendiri.
2.      Wawancara yaitu teknik yang digunakan untukmemperoleh informasi yang mendalam sehingga dipastikan kenyataan dari suatu fakta sehingga didapatkan penjelasan secara langsung.
3.      Dokumentasi yang dilakukan sebagai pembuktian dan lampiran.         
3.5       Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah pengaturan secara sistematis transkrip – transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan – bahan lainagar peneliti dapat menyajikan temuannya. Analisis ini melibatkan pengerjaan, pemecahan dan sintesis dataserta pencarian pola, pengungkapan hal yang penting, dan penentuan apa yang dilaporkan.
3.6       Tempat dan Jadwal Penelitian
Penelitian dilakukan di Benteng Fort Rotterdam. Penelitian dilaksanakan pada :
            Hari/Tanggal : Senin, 02 Oktober 2017
            Waktu           : Pukul 11.30 WITA – selesai


16
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1     Berdirinya Rotterdam
Benteng Rotterdam di Makassar ada satu benteng besar yang berdiri megah, namanya Fort Rotterdam. Jangan bayangkan lokasi benteng ini berada jauh diluar kota, dan kita harus menghabiskan waktu sekian jam untuk duduk dimobil berkecepatan tinggi, karena lokasi benteng ini terletak didalam kota Makassar sehingga cukup mudah untuk mencapainya. Benteng dengan halaman seluas dua kali Museum Fatahilah Jakarta ini letaknya didepan pelabuhan laut kota Makasar atau ditengah pusat perdagangan sentral kota. Apabila kita menginap di area seputar pantai Losari, maka jaraknya dalam kisaran radius 2 km-an saja. Dari jalan raya, Fort Rotterdam yang juga akrab disebut benteng Ujungpandang (nama lain dari Makassar) akan mudah dikenali karena sangat mencolok dengan arsitektur era 1600an yang berbeda dengan rumah dan kantor diseputarnya. Temboknya hitam berlumut kokoh menjulang hampir setinggi 5 meter, dan pintu masuknya masih asli seperti masa jayanya. Dari ketinggian, bentuk benteng seperti bentuk totem penyu yang bersiap hendak masuk kedalam pantai.

4.2             Fungsi Rotterdam
Fungsi Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang ini awalnya adalah sebagai tempat pertahanan rakyat Makassar melawan penjajahan Belanda. Namun, ketikaBelanda berhasil menguasai benteng ini, fungsinya berubah menjadi gudang penyimpanan rempah-rempah. Benteng Ujung Pandang ini pun kemudian berubah nama menjadi Fort Rotterdam yang diambil dari nama tempat kelahiran pemerintah Belanda saat itu.
Rotterdam beralih fungsi menjadi objek wisata karena, masa penjajahan dan pemerintahan Belanda di Indonesia telah berakhir, dan untuk dijadikan  sebagai cendera mata bagi masyarakat dan tourist bahwa bangunan – bangunan itu merupakan peninggalan – peninggalan Belanda, yang terdapat lagi berbagai macam peninggalan bersejarah didalamnya.

4.3              Dampak Beralih Fungsinya Fort Rotterdam
Dialih fungsikannya Rotterdam ini membawa dampak masing – masing bagi pengelola, masyarakat maupun bagi Rotterdam itu sendiri. Dampak bagi pengelola, mereka mendapatkan pendapatan untuk tabungan kas mereka. Bagi para masyarakat, mereka bisa berjualan  sehingga mempunyai pendapatan sedikit demi sedikit. Contoh lain juga pada supir becak, mereka mendapatkan penghasilan yang pasti karena mereka mengantarkan paraa pengunjung untuk masuk dan mengantar para pengunjung.
17


Bagi Rotterdam sendiri, sudah terkenal kemancanegara bahkan para tourist berbondong – bondong untuk datang berkunjung. Sebagai bangunan sejarah, benteng ini merupakan bukti nyata kisah panjang masa kolonialisme yang pernah ada di bumi nusantara. Selain itu, benteng ini juga menjadi saksi bisu sejarah panjang kota Makassar.

4.4     Manfaat Wisata
4.3.1    Menambah pengetahuan atau wawasan akan ilmu peristiwa sejarah yang terjadi disekitar kota Makassar.
4.3.2    Dijadikan sebagai sarana untuk berziarah ke tempat dimana pahlawan – pahlawan yang telah gugur.
4.3.3    sebagai tempat yang bermanfaat sebagai objek wisata














18
BAB V
PENUTUP
4.1     KESIMPULAN
Benteng Fort Rotterdam Makassar adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke IX yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng lakiung Tumapa’risi’ Kalonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa XIV Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti dengan sedimen endesit. Benteng ini dulunya sejak awal didirikan merupakan tempat pertahanan benteng Belanda, seiring berkembangnya zaman hingga sekarang dijadikan objek wisata.
4.2     SARAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi dalam makalah ini, tentunya masih banyak kelemahan dan kekurangan. Kami sangat berharap para pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang dapat membangun kepada penulis untuk penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya.











19
DAFTAR PUSTAKA
Blog.Balai Pelestarian Cagar Budaya Maskassar/Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Blog.sejarah-berdirinya-benteng-fort-rotterdam-di-makassar/sobatpetualang.com
















20
LAMPIRAN
        Dokumentasi yang dilakukan bersama informan yaitu bapak Muh. Yasin
21







Thank
Youm,n

Tidak ada komentar:

Posting Komentar